Selasa, 11 November 2014

LP Kanker Serviks

BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT

A.    ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1.      Alat genitalia wanita bagian luar :
a.       Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b.      Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah.
c.       Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kearah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d.      Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva.Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif analog dengan penis laki-laki.Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
e.       Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f.       Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.Perinium membentuk dasar badan perinium.
g.      Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h.      Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i.        Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan labia minora.Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina.Suatu cekungan kecil dan fosanavikularis terletak di antara fourchette dan himen.

2.      Alat genitalia wanita bagian dalam
a.       Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas karena tojolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah.Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus.Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b.      Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum.Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
c.       Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus.terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1)      Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum internum tuba.
2)      Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.
3)      Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4)      Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1)      Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2)      Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3)      Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4)      Tempat terjadinya konsepsi.
5)      Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d.      Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan  melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1)      Korteks ovarii
a)      Mengandung folikel primordial
b)      Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c)      Terdapat corpus luteum dan albikantes
2)      Medula ovarii
a)      Terdapat pembuluh darah dan limfe
b)      Terdapat serat saraf
e.       Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum latum.
Batasan parametrium :
1)      Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2)      Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3)      Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4)      Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii. (Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)

B.     DEFINISI
Kanker serviks adalah suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.(Prawiroharjo, Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya .(FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun.Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.


C.    ETIOLOGI/ FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1.      Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2.      Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3.      Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4.      Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5.      Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6.      Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7.      Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
8.      Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
9.      Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV.Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.

D.    EPIDEMIOLOGI
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat (CancerNet, 2001). Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual.Penelitian epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995). Factor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).

E.     PATOFISIOLOGI
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser,kauter,atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini.Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk dalam stroma serviks.Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale,dan rongga endometrium ;invasi kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala,namun karsinoma invasive dini dapat menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor,gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis,frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria,atau perdarahan rectum.

F.     Pathway terlampir.

G.    KLASIFIKASI
1.      Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
Kriteria
0
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I
Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
I a
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
I b
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b
Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
III a
Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b
Telah terjadi metastasi jauh.

2.      Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks
a.       Mikroskopis
1)      Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2)      Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3)      Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4)      Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:
1)      Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
2)      Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
3)      Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

b.      Makroskopis
1)      Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2)      Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3)      Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4)      Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
H.    GEJALA KLINIS
1.      Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
a.       Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
b.      Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
c.       Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih banyak)
d.      Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
2.      Gejala kanker serviks stadium lanjut.
a.       Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
b.      Nyeri panggul, punggung dan tungkai
c.       Dari vagina keluar air kemih atau feses

I.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat.Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
2.      Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
3.      Kolposkopi(pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu.Alat ini memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang mungkin dapat dibiopsi.

4.      Servikografi
5.      Pemeriksaan visual langsung
6.      Gineskopi
7.      Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
8.      Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
9.      Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
10.  MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
11.  Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
12.  Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya.Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

J.      PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi.Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

K.    PENATALAKSANAAN
Tingkat
Penatalaksaan
0
I a
I b dan II a
II b , III dan IV
IV a dan IV b
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

L.     KOMPLIKASI
1.      Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a.       Vistula Uretra
b.      Disfungsi bladder
c.       Emboli pulmonal
d.      Infeksi pelvis
e.       Obstruksi usus
2.      Berkaitan dengan kemoterapi
a.       Sistitis radiasiEnteritis
b.      Supresi sumsum tulang
c.       Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
d.      Kerusakan membrane mukosa GI
e.       Mielosupresi

M.   PENCEGAHAN
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
1.      Mencegah terjadi infeksi HPV
2.      Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
3.      Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun.
4.      Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit.
5.      Jangan berganti-ganti pasangan seksual
6.      Berhenti merokok


BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas klien.
2.      Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3.      Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4.      Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5.      Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
6.      Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pengkajian data dasar :
1.      Aktivitas dan istirahat
Gejala:
a.       Kelemahan atau keletihan akibat anemia
b.      Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
c.       Adanya faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat malam.
d.      Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress tinggi.
2.      Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
3.      Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut :
a.       Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya nyeri.
b.      Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause dini, dan menoragia.
4.      Makanan dan minuman
Gejala:
a.       Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: renah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa).
b.      Pada kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat (kanker ovarium).
5.      Neurosensori
Gejala: merokok, pemajanan abses.
Nyeri atau gangguan kenyamanan
6.      Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.
7.      Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
8.      Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).
9.      Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
10.  Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat pengobatan sebelumnya.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat perdarahan.
3.      Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
5.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan cystitis akibat terapi radiasi.
6.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat radiasi.
7.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
8.      Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
9.      Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.
10.  Gangguan konsep diri berhubungan dengan alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
11.  Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
12.  Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.

C.    INTERVENSI
1.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
No
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan keperawatan diharapkan gangguan perfusi jarimgan teratasi dapat terpenuhi dengan criteria hasil:
NOC
v  Circulation status
v  Tissue perfusion
Kriteria hasil :
  1. Mendemontrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
v  Tekanan sistole dan diastol dalam rentang yang diharapkan
v  Tidak ada ortostatik hipertensi
v  Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHG)
  1. Mendemontrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan
:
v  Berkomunikasi dengan jelasa dan sesuai dengan kemampuan
v  Menunjukan perhatian,konsentrasi dan orientasi
v  Memproses informasi
v  Membuat keputusan dengan benar
  1. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran yang membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter.
NIC :
Peripheral sensation management
(Manajemen sensasi perifer)
  • Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas / dingin / tajam / tumpul.
  • Monitor adanya paretese.
  • Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi.
  • Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
  • Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
  • Monitor kemampuan BAB.
  • Kolaborasi pemberian analgetik.
  • Monitor adanya tromboplebitis.
  • Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.

2.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat perdarahan.
No
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan asupan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:
NOC:
1.     Fluid balance
2.     Hydration
3.     Nutrisional status: food and fluid intake
Kriteria hasil:
1.     Mempertshsnkan urine output sesuai usia dengan usia dan BB,BJ,urine normal,HT normal.
2.     Tekanan darah,nadi,suhu dalam batas normal
3.     Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,elastisitas turgor kulit baik,membran mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang berlebih.
NOC:
·         Fluid Management:
·         Timbang popok/pembalut bila diperlukan
·         Pertahankan catatan intake output yang akurat
·         Monitor status hidrasi (kelembaban membrane,nadi adekuat,tekanan darah ortostatik),jika diperlukan
·         Monitor hasil laboratorium sesuai retensi cairan (BUN,HMT,osmolalitas urine)
·         Monitor vital sign
·         Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
·         Kolaborasi pemberian cairan/makanan
·         Monitor status nutrisi
·         Berikan cairan
·         Berikan deuretik sesuai intruksi
·         Berikan cairan IV sesuai dengan suhu ruangan
·         Dorong masukan oral
·         Berikan pengganti nasograstrik sesuai output
·         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·         Tawarkan snack (jus buah,buah segar)
·         Kolaborasi dokter jika cairan berlebihan muncul memburuk
·         Atur kemungkinan transfusi
·         Persiapan untuk transfusi

3.      Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
NO
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri dada pasien berkurang dengan kriteria hasil:
NIC
  1. Mengenal factor- factor penyebab
  2. Tindakan pertolongan non analgetik
  3. Mengenal onset nyeri
  4. Menggunakan analgetik
  5. Melaporkan gjala kepada perawat
  6. Nyeri terkontrol
  7. Melaporkan nyeri
  8. Frekuensi nyeri
  9. Ekspresi wajah
  10. Lamanya episode nyeri
  11. Posisi melindungi tubuh
  12. Kegelisahan
  13. Perubahan respirasi rote
  14. Perubahan heart
  15. Perubahan tekanan darah
  16. Perubahan ukuran pupil
  17. Kehilangan nafsu makan
NOC:
  1. Kalikan pengkajian nyeri secara konferhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
  2. Observasi reaksi nonverbal  dari ketidaknyamanan.
  3. Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
  4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon  nyeri
  5. Evaluasi pengalaman nyeri pada masa lampau
  6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektipan cobtrol nyeri masa lampai
  7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
  8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
  9. Kurangi factor presifitasi nyeri
  10. Pilih dan lakukan penanganan nyari (farmakalogi, non farmakaologi dan interpersonal)
  11. Kaji tipe dan sumbernyeri untuk menentukan intervensi
  12. Ajarkan tentang teknik non farakologi
  13. Berikan analgetik untuk mengatasi nyeri


4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
No
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan criteria hasil:
  1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
  2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
  3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
  4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
  5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

NIC:
Nutrition Management
  • Kaji adanya alergi makanan.
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentuka jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
  • Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe.
  • Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein protein dan vitamin C.
  • Berikan substansi gula.
  • Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk menegah konstipasi.
  • Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
  • Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
  • Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
  • Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
  • Kajikemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
  • BB pasien dalam batas normal.
  • Monitor adanya penurunan berat badan.
  • Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan.
  • Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
  • Monitor lingkungan selama makan.
  • Jadwalkan pengobatandan tindakan tidak selama jam makan.
  • Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
  • Monitor turgor kulit.
  • Monitor kekeringnan, rambut kusam, dan mudah patah.
  • Monitor mual dan muntah.
  • Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
  • Monitor makanan kesukaan.
  • Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
  • Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.
  • Monitor kalori dan intake nutrisi.
  • Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral.
  • Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.

5.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan cystitis akibat terapi radiasi.

 NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama proses keperawatan, diharapkan eliminasi urine tidak terganggu dengan kriteris hasil :
1.      kandungkemihkosongsecarapenuh
2.      tidakadaresiduurin>100-200 cc
3.      intakecairandalamrentang normal
4.      bebasdari ISK
5.      tidakadaspasme bladder
6.      balancecairanseimbang
NIC :
Urinary Retention Care :
1.        monitor intake dan output
2.        monitorpenggunaanobat anti kolinergik
3.        monitorderajatdistensi bladder
4.        instruksikanpadapasiendankeluargauntukmencatat output urine
5.        sediakanprivasiuntukeliminasi
6.        stimulasireflek bladder dengankompresdinginpada abdomen
7.        kateterisasijikaperlu
8.        monitortandadangelaja ISK (panas, hematuria, perubahanbaudankonsistensiurin)

6.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat radiasi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit teratasi, dengan kriteria hasil:
  1. Intgritas kulit yang baik biasa dipertahankan  (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
  2. Tidak ada luka/lesi pada kulit.
  3. Perfusi jaringan baik.
  4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.
  5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
NIC :
  • Anjurkan pasien untuk menggunakan  pakaian yang longgar.
  • Hindari kerutan pada tempat tidur’
  • Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
  • Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
  • Monitor kulit akan adanya kemerahan.
  • Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
  • Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien.
  • Monitor status nutrisi pasien.
  • Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

7.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tridak terjadi infeksi dengan kriteria hasil:
Indikator
4.      Mengetahui risiko
5.      Memonitor faktor risiko lingkungan
6.      Memonitor faktor risiko dari tingkah laku
7.      Mengembangkan strategi control risiko secara efektif
8.      Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
9.      Memggunakan dukungan personal untuk mengontrol risiko
10.  Memonitor perubahan status kesehatan
11.  Berpartisifasi dalam sceening untuk mengidentifikasi risiko
12.  Lainnya-
Keterangan penilaian NOC:
1.      Tidak dilakukan sama sekali
2.      Jarang dilakukan
3.      Sering dilakukan
4.      Selalu dilakukan
Kontrol Infeksi:
·         Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan,panas,nyeri,tumor,dan adanya fungsiolesa
·         Kaji temperatur klien tiap 4 jam
·         Catat dan laporkan nilai laboratorium (leukosit,protein serum,albumin)
·         Kaji warna kulit,kelembaban,tektur,dan turgor,cucui kulit dengan hati-hati.gunakan hidrasi dan pelembab seluruh tubuh.
·         Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nasokomial
·         Tingkatkan intake cairan
·         Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan guna sarung tangan selama kontak dengan darah,membran mukosa yang tidak utuh.
·         Ikuti transmisi pencegahan dasar untuk udara droplet dan contact transmitted microorganisme.
-  Udara: isolasi klien di dalam ruangan dengan dimonitor tekanan udaran negative,dengan pintu ruangan ditutup,gunakan masker
-  Droplet: jaga klien dalam ruangan khusus,jika memungkinkan,jika tidak memungkinkan jaga spasial-sparation 3 orang pengunjung.gunakan masker ketika menemui pasien,
-  Transmisi : tempatkan klien pada ruangan khusus atau dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang sama,jaga kebersihan,gunakan sarung tangan ketika memasuki ruangan dan ganti sarung tangan sesudah tidakan dan cuci tangan sebelum meninggalkan ruangan.Gunakan pakaian khusus jika bertemu dengan klien dan lepaskan setelah meninggalkan ruangan.
-  Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku
-  Pasukan teknik perawatan luka secara tepat
-  Dorong pasien untuk istirahat
-  Berikan terapi antibiotik sesui intruksi
-  Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda gejala infeksi dan kalau terjadi untuk melaporkan pada perawat
-  Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi

8.      Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas dengan kriteria hasil:
  1. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
  2. Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
NIC:
Activity Theraphy
  • Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat.
  • Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan.
  • Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social.
  • Bantu untuk mengidentofikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
  • Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas sepeerti kursi roda, krek.
  • Bantu untuk megidentifikasi aktivitas yang disukai.
  • Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang.
  • Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
  • Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktifitas.
  • Bantu pasien untuk megembangkan motivasi diri dan penguatan.
  • Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.





9.      Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.
No
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan self care dengan kriteria hasil
Indikator:
1.    makan
2.    berpakaian
3.    toileting
4.    mandi
5.    berhias
6.    hygiene
7.    oral hygiene
8.    ambulasi : berjalan
9.    ambulasi : kursi
10. penampilan perpindahan
keterangan penilaian NOC:
1.     ketergantungan total
2.     dibantu orang lain dan alat
3.     dibantu orang
4.     dengan alat
5.     mandiri

Self care assistance:
-          pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan secara mandiri
-          pantau kebutuhan klien untuk penyesuaian penggunaan alat untuk personal hygiene,toileting dan makan
-          sediakan barabg-barang yang diperlukan klien seperti deodorant,sabun mandi,sikat gigi dll
-          sediakan bantuan hingga klien dapat melakukan perawatan pribadi secara penuh
-          bantu klien dalam menerima ketergantungan terhadap orng lain dalam memenuhi kebutuhannya
-          dorong klien untuk melakukan aktifitas kehidupan sehari-harinya sesuai dengan tinggkat kemampuan
-          dorong klien untuk mandi,tetapi berikan klien bantuan ketika tidak dapat melakukan
-          menentukan aktifitas perawatan diri yang sesuai dengan kondisi secara rutin
-          pertimbangkan umur klien ketika memperkenalkan aktifitas perawatan diri.

10.  Gangguan konsep diri berhubungan dengan alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
Setelah dilakukan tindakan pkeperawatan selama …..x…. diharapkan pasien tidak malu dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya dengan kriteria hasi :
1.    Pasien dapat menyataka ngambaran diri lebih nyata
1.      Bina hubungan terapeutik dengan perawat dan pasien
2.      Tingkatkan konsep diri
3.      Dorong pasien untuk menghargai diri sendiri, dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sebagai diri sendiri dengan situasi saat ini

11.  Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
No
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan di harapkan kecemasan pasien teratasi, dengan criteria hasil:
Control cemas :
  1. Monitor intensitas kecemasan
  2. Menyingkirkan tanda kecemasan
  3. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cmas
  4. Mencari informasi ketika cemas
  5. Merencanakan mekanisme koping
  6. Menggunakan strategi koping efekctive
  7. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
  8. Melaporkan penurunan durasi dan episode kecemasan
  9. Melaporkan peningkatan rentang waktu antara episode cemas
  10. Mempertahankan penampilan peran
  11. Mempertahankan hubungan sosial
  12. Mempertahankan konsentrasi
  13. Melaporkan tidak adanya gangguan sensori persepsi
  14. Melaporkan penurunan kebutuhan tidak adekuat
  15. Melaporkan penurunan kebutuhan tidur adekuat
  16. Tidak ada menifestasi prilaku kecemasan
Koping
  1. Menunjukan fleksibilitas peran
  2. Keluarga menunjukan fleksibilitasperan keluarganya
  3. Pertentangan masalah
  4. Nilai keluarga dapat mengatur masalah-masalah
  5. Memanaj masalah
  6. Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan
  7. Mengekpresikan permasalahan dan kebebasan emosional
  8. Menunjukan strategi penurunan stress
  9. Peduli terhadap kebutuhan anggota keluarga
  10. Menentukan priotitas
  11. Menentukan jadwal untuk rutinitas dan aktivitas keluarga
12.     Mempunyai perencanaan pada kondisi keperawatan
  1. Memelihara kestabilan finalsial
  2. Mencari bantuan ketika di butuhkan
  3. Menggunakan support social
  4. lainnya

Penurunan kecemasan:
  1. Tenangkan klien
  2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien  dan perasaan yang mungkin muncul pada saat tindakan
  3. Berusaha memahami keadaan klien
  4. Berikan informasi tentang diagnose, prognosis dan tindakan
  5. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,takipnea,ekspresi cemas non verbal)
  6. Gunakan pendekatan dan sentuhan (permisi) verbalisasi untuk menyakinkan pasien tidak sendiri dan menunjukan pertanyaan
  7. Temani pasien untuk mendukung keamanan keamanan menurunkan rasa akut
  8. Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan
  9. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
  10. Dukung penggunaan mekanisme defensive dengan cara yang tepat
  11. Tentukan kemampuan klien untuk mengambilkeputusan
  12. Instruksikan pasein untuk menggunakan teknik relaksasi
  13. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
Peningkatan koping:
  1. Hargai pemahaman pasien tentang pemahaman
  2. Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
  3. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
  4. Sediakan informasi actual tentang diagnose, penanganan dan prognosis
  5. Sediakan pilihan yang realitas tentang aspek perawatan saat ini
  6. Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat
  7. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
  8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positive




12.  Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
No
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kurang pengetahuan teratasidengan kriteria hasil:
Indicator:
  1. familiar dengan proses penyakit
  2. mendiskripsikan proses penyakit
  3. mendiskripsikan faktor penyebab
  4. mendiskripsikan faktor risiko
  5. mendiskripsikan efek penyakit
  6. mendiskripsikan tanda dan gejala
  7. mendiskripsikan perjalanan penyakit
  8. mendiskripsikan tindakan untuk menurunkan progresifitas
  9. mendiskripsikan komplikasi
  10. mendiskripsikan tanda dan gejala komplikasi
  11. mendiskripsikan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi
  12. lainya-
keterangan penilaian NOC:
1.      tidak pernah dilakukan
2.      jarang dilakukan
3.      kadang dilakukan
4.      sering dilakukan
5.      selalu dilakukan
Mengajarkan proses penyakit
1.    mengobsevasi kesiapan klien untuk mendengar (mental,kemampuan untuk meihat,mendengar,nyeri,kesepian emosional,bahasa dan budaya)
2.    menentukan tingkat pengetahuan klen sebelumnya
3.    menjelaskan proses penyakit (pengertian,etiologi,tanda,gejala) tranmisi,dan efek jangka panjang pada ibu dan fetus
4.    diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol proses penyakit
5.    diskusikan pilihan terapi atau perawatan
6.    jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang diajukan
7.    berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan second opinion
8.    ajukan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek samping dari penyakitnya
a.   ajarkan diet:
-  kaji pengetahuan klien tentang diet yang dianjurkan
-  tentukan sikap keluarga klien terhadap diet
-  jelaskan tujuan diet
-  informasikan berapa lama diet harus diikuti
-  ajarkan klien tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
-  bantu klien mencatat makananan kesukaan dalam diet yang dianjurkan
-  observasi pilihan makanan klien sesuai dengan diet yang dianjurkan
-  anjurkan membuat rencana makanan
-  dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain
-  konsultasi gizi
-  libatkan kelurga
b.    ajarkan pengobatan
-  jelaskan klien untuk mengenal karakteristik obat
-  informasikan nama generic dan nama dagang
-  jelaskan tujuan dan kerja obat
-  jelaskan dosis rule dan durasi obat
-  evaluasi kemapuan klien menggunakan obat
-  ajarkan klien menggunakan prosedur sebelum meminum obat
-  informasikan apa yang dilakukan jika dosis obat ilang
-  informasikan bila tidak meminum obat
-  informasikan efek samping obat
-  jelaskan tanda dan gejala over dosis obat
-  jelaskan cara menyimpan obat
-  jelaskan interaksi obat
-  jelaskan cara mencegah atau mengurangi efek samping obat
-  berikan informasi tertulis tentang aksi,tujuan,efek samping obat dll

D.IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi
E.EVALUASI
1.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan.
2.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat perdarahan.
Volile cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3.      Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
Nyeri berkurang atau hilang.
4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan cystitis akibat terapi radiasi.
Tidak terjadi gangguan eliminasi urin.
6.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat radiasi.
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
7.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tidak terjadi infeksi.
8.      Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Klien Mampu melakuakan aktifitas secara mandiri.
9.      Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.
Klien dapat melakukan ADL secara mandiri
10.  Gangguan konsep diri berhubungan dengan alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
Tidak terjadi gangguan konsep diri.
11.  Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
Tidak terjadi cemas.
12.  Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
Klien mampu mengetahui tentang penyakitnya dan pengobatan yang diberrikan.




DAFTAR PUSTAKA

1.    Bobak, Jansen danZalar. 2001. Maternitidan Gynecologic Care The Nursing and Family. Edisi 4. USA :Masby Company.
2.  Bobak, IM. 2000. Maternity & Gynecologic Care: The Nursing Family. Edisi 1. Alih bahasaYayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan: Bandung
3.       Hardy, Kusuma. 2012. Aplikasi AsuhanKeperawatanBerdasarkan NANDA, NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hadry
4.   Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapeus
 Mary Hamilton, Persis. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Alih bahasa Niluh Gede Yasmin Asih. Jakarta: EGC
5.      Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: YayasanBinaPustaka
6.      Price A. Sylvia. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Jakarta : EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar