BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A.
ANATOMI
FISIOLOGI
Anatomi fisiologi sistem
reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian
dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian
luar yang terletak di perineum.
1.
Alat
genitalia wanita bagian luar :
a.
Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons
pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada
waktu melakukan hubungan seks.
b.
Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris
berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing
pada ujung bawah.
c.
Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit,
terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang
kearah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral
dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d.
Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar
yang bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva.Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitif analog dengan penis laki-laki.Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
e.
Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang
berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora,
klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f.
Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit
antara introitus vagina dan anus.Perinium membentuk dasar badan perinium.
g.
Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina
yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir
meningkat.
h.
Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina
bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i.
Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang
pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan labia
minora.Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina.Suatu cekungan kecil
dan fosanavikularis terletak di antara fourchette dan himen.
2.
Alat
genitalia wanita bagian dalam
a.
Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang
dapat melipat dan mampu meregang secara luas karena tojolan serviks ke bagian
atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan
panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva.Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan.Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugae dan terutama di bagian bawah.Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks
pada bagian uterus.Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan
lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada
waktu persalinan.
b.
Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding
tebal, muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik
yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum.Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus
terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang
terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian
utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri
yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas
tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak
ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot,
dan endometrium.
c.
Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang
terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus.terletak di tepi atas ligamentum latum
berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm.
Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars
interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.
2) Pars
istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian yang
paling sempit.
3) Pars
ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars
infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut
fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai
jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai
saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat
terjadinya konsepsi.
5) Tempat
pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula
yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon
steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada
ligamentum latum melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks
ovarii
a) Mengandung
folikel primordial
b) Berbagai
fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat
corpus luteum dan albikantes
2) Medula
ovarii
a) Terdapat
pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat
serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat
di antara ke dua lembar ligamentum latum.
Batasan parametrium :
1) Bagian
atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian
depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian
kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian
belakang terdapat ligamentum ovarii. (Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)
B.
DEFINISI
Kanker serviks adalah suatu keadaan dimana sel
kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya.(Prawiroharjo, Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor
ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan
yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya .(FKUI,
1990;FKPP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut
rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah
displasia atau mengarah keganasan.Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah
atau sekarang dalam status sexually active.Tidak pernah ditemukan wanita yang
belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.Biasanya
kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada
wanita yang berusia 35-55 tahun.Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun
dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.
C.
ETIOLOGI/
FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui
namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa
semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker
serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. Hubungan seksual
pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak
dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan
hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar
terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks
(HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor
penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak
dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat
kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah
terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal
ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim).
Merokok akan merangsang
terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap
serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi
yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.
8. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner
sex).
9. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan
18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang
sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah
vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak
pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa
gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga
berhubungan dengan infeksi HPV.Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka
tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.Begitu pula dengan terpaparnya
sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya
perubahan kearah dysplasia.
D.
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua
yang paling sering pada perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua
kanker pada perempuan di Amerika Serikat (CancerNet, 2001). Kanker servikal ini
sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah
adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal
adalah infeksi dengan virus papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara
seksual.Penelitian epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV
adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995).
Factor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual
pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status
ekonomi yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).
E.
PATOFISIOLOGI
Bentuk
dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat
seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser,kauter,atau
bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang
penting dilakukan setelah pengobatan ini.Karsinoma serviks invasif terjadi bila
tumor menginvasi epithelium masuk dalam stroma serviks.Kanker servikal menyebar
luas secara langsung ke dalam jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang
berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif
pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas
ke dinding vagina, ligamentum kardinale,dan rongga endometrium ;invasi kelenjar
getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang
jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.Karsinoma
servikal prainvasif tidak memiliki gejala,namun karsinoma invasive dini dapat
menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala
yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker
dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina
yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan
dengan tumbuhnya tumor,gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian
bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis,frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuria,atau perdarahan rectum.
F.
Pathway
terlampir.
G.
KLASIFIKASI
1.
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
|
Kriteria
|
0
|
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis
utuh
|
I
|
Proses terbatas pada servks walaupun ada
perluasan ke korpus uteri
|
I a
|
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis
sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak
tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
|
I b
|
Secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
|
II
|
Proses keganasan telah keluar dari serviks
dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai
dinding panggul
|
II a
|
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih
bebas dari infitrat tumor
|
II b
|
Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral,
tetapi belum sampai dinding panggul
|
III a
|
Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina,
sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
|
III b
|
Penyebaran sudah sampai dinding panggul,
tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
|
IV
|
Proses keganasan telah keluar dari panggul
kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah
bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
|
IV a
|
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau
vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum
terjadi
|
IV b
|
Telah terjadi metastasi jauh.
|
2.
Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks
a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal
epidermis.Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
2) Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada
seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3) Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi
pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini
asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4) Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks
posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:
1) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk
bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa
infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
2) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi
berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior
ke korpus uteri dan parametrium.
3) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai
pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
b. Makroskopis
1) Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2) Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
H.
GEJALA
KLINIS
1. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal
berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda
dan gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
a. Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks,
tetapi tidak selalu ada.
b. Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
c. Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih
banyak)
d. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang
encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau
busuk.
2. Gejala kanker serviks stadium lanjut.
a. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat
badan, dan kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung dan tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau feses
I.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV
dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia
keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.Didapatkan
hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang
tidak adekuat.Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
2. Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan
aktivitas seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil
pemeriksaan tahunan menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan
pemeriksaan setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
3. Kolposkopi(pemeriksaan serviks dengan lensa
pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma
insitu.Alat ini memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah
abnormal yang mungkin dapat dibiopsi.
4. Servikografi
5. Pemeriksaan visual langsung
6. Gineskopi
7. Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan
hasil lebih sensitive)
8. Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
9. Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang
lebih besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
10. MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran
local dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
11. Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan
yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang
abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
12. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya.Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
J.
PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau
tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam
2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki
rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini
dapat diobati dengan radioterapi.Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
K.
PENATALAKSANAAN
Tingkat
|
Penatalaksaan
|
0
I a
I b dan II a
II b , III dan IV
IV a dan IV b
|
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
|
L.
KOMPLIKASI
1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
2. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasiEnteritis
b. Supresi sumsum tulang
c. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi
yang mengandung sisplatin
d. Kerusakan membrane mukosa GI
e. Mielosupresi
M.
PENCEGAHAN
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
1. Mencegah terjadi infeksi HPV
2. Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
3. Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada
anak perempuan di bawah 18 tahun.
4. Jangan melakukan hubungan seksual dengan
penderita kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit.
5. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
6. Berhenti merokok
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan
yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat
memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau
membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah
menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di
rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pengkajian
data dasar :
1. Aktivitas
dan istirahat
Gejala:
a. Kelemahan
atau keletihan akibat anemia
b. Perubahan
pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
c. Adanya
faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat malam.
d. Pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress tinggi.
2. Integritas
ego
Gejala:
Faktor stress,
merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious atau
spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis,
pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
3. Eliminasi
Pengkajian
eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut :
a. Pada
kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis,
misalnya nyeri.
b. Pada
kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause
dini, dan menoragia.
4. Makanan
dan minuman
Gejala:
a. Pada
kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: renah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa).
b. Pada
kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang
terus meningkat (kanker ovarium).
5. Neurosensori
Gejala: merokok,
pemajanan abses.
Nyeri atau gangguan
kenyamanan
6. Pernapasan
Gejala: merokok,
pemajanan abses.
7. Keamanan
Gejala:
pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam,
ruam kulit, ulserasi.
8. Seksualitas
Gejala:
perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).
9. Interaksi
sosial
Gejala: ketidaknyamanan
atau kelemahan sistem pendukung.
10. Penyuluhan
Gejala: riwayat
kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
anemia trombositopenia .
2. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
3. Nyeri
akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
cystitis akibat terapi radiasi.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat radiasi.
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan imunosupresi
8. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
9. Deficit perawatan diri berhubungan dengan
kelelahan.
10. Gangguan konsep diri berhubungan dengan
alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
11. Cemas berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit.
12. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
C.
INTERVENSI
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
anemia trombositopenia
No
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
keperawatan diharapkan gangguan perfusi jarimgan teratasi dapat terpenuhi
dengan criteria hasil:
NOC
v Circulation status
v Tissue perfusion
Kriteria hasil :
v Tekanan sistole dan
diastol dalam rentang yang diharapkan
v Tidak ada ortostatik
hipertensi
v Tidak ada tanda
tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHG)
:
v Berkomunikasi dengan
jelasa dan sesuai dengan kemampuan
v Menunjukan
perhatian,konsentrasi dan orientasi
v Memproses informasi
v Membuat keputusan
dengan benar
|
NIC :
Peripheral
sensation management
(Manajemen
sensasi perifer)
|
2. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
No
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Rencana Keperawatan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan asupan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:
NOC:
1. Fluid balance
2. Hydration
3. Nutrisional status: food and fluid intake
Kriteria hasil:
1. Mempertshsnkan urine output sesuai usia
dengan usia dan BB,BJ,urine normal,HT normal.
2. Tekanan darah,nadi,suhu dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,elastisitas
turgor kulit baik,membran mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang berlebih.
|
NOC:
·
Fluid
Management:
·
Timbang
popok/pembalut bila diperlukan
·
Pertahankan
catatan intake output yang akurat
·
Monitor
status hidrasi (kelembaban membrane,nadi adekuat,tekanan darah
ortostatik),jika diperlukan
·
Monitor
hasil laboratorium sesuai retensi cairan (BUN,HMT,osmolalitas urine)
·
Monitor
vital sign
·
Monitor
masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
·
Kolaborasi
pemberian cairan/makanan
·
Monitor
status nutrisi
·
Berikan
cairan
·
Berikan
deuretik sesuai intruksi
·
Berikan
cairan IV sesuai dengan suhu ruangan
·
Dorong
masukan oral
·
Berikan
pengganti nasograstrik sesuai output
·
Dorong
keluarga untuk membantu pasien makan
·
Tawarkan
snack (jus buah,buah segar)
·
Kolaborasi
dokter jika cairan berlebihan muncul memburuk
·
Atur
kemungkinan transfusi
·
Persiapan
untuk transfusi
|
3. Nyeri
akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
NO
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri dada pasien berkurang dengan kriteria hasil:
NIC
|
NOC:
|
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
No
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Rencana Keperawatan
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi dengan criteria hasil:
|
NIC:
Nutrition Management
Nutrition Monitoring
|
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
cystitis akibat terapi radiasi.
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
proses keperawatan, diharapkan eliminasi urine tidak terganggu dengan
kriteris hasil :
1. kandungkemihkosongsecarapenuh
2. tidakadaresiduurin>100-200
cc
3. intakecairandalamrentang
normal
4. bebasdari
ISK
5. tidakadaspasme
bladder
6. balancecairanseimbang
|
NIC :
Urinary Retention Care :
1.
monitor intake dan output
2.
monitorpenggunaanobat anti kolinergik
3.
monitorderajatdistensi bladder
4.
instruksikanpadapasiendankeluargauntukmencatat
output urine
5.
sediakanprivasiuntukeliminasi
6.
stimulasireflek bladder
dengankompresdinginpada abdomen
7.
kateterisasijikaperlu
8.
monitortandadangelaja
ISK (panas, hematuria, perubahanbaudankonsistensiurin)
|
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat radiasi.
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit teratasi,
dengan kriteria hasil:
|
NIC :
|
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan imunosupresi
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
diharapkan tridak terjadi infeksi dengan kriteria hasil:
Indikator
4. Mengetahui risiko
5. Memonitor faktor risiko lingkungan
6. Memonitor faktor risiko dari tingkah laku
7. Mengembangkan strategi control risiko
secara efektif
8. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi
risiko
9. Memggunakan dukungan personal untuk
mengontrol risiko
10. Memonitor perubahan status kesehatan
11. Berpartisifasi dalam sceening untuk
mengidentifikasi risiko
12. Lainnya-
Keterangan penilaian NOC:
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Sering dilakukan
4. Selalu dilakukan
|
Kontrol Infeksi:
·
Observasi
dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan,panas,nyeri,tumor,dan
adanya fungsiolesa
·
Kaji
temperatur klien tiap 4 jam
·
Catat
dan laporkan nilai laboratorium (leukosit,protein serum,albumin)
·
Kaji
warna kulit,kelembaban,tektur,dan turgor,cucui kulit dengan hati-hati.gunakan
hidrasi dan pelembab seluruh tubuh.
·
Gunakan
strategi untuk mencegah infeksi nasokomial
·
Tingkatkan
intake cairan
·
Cuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan guna sarung tangan selama
kontak dengan darah,membran mukosa yang tidak utuh.
·
Ikuti
transmisi pencegahan dasar untuk udara droplet dan contact transmitted
microorganisme.
- Udara: isolasi klien di dalam ruangan
dengan dimonitor tekanan udaran negative,dengan pintu ruangan ditutup,gunakan
masker
- Droplet: jaga klien dalam ruangan khusus,jika
memungkinkan,jika tidak memungkinkan jaga spasial-sparation 3 orang
pengunjung.gunakan masker ketika menemui pasien,
- Transmisi : tempatkan klien pada ruangan
khusus atau dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang sama,jaga
kebersihan,gunakan sarung tangan ketika memasuki ruangan dan ganti sarung
tangan sesudah tidakan dan cuci tangan sebelum meninggalkan ruangan.Gunakan
pakaian khusus jika bertemu dengan klien dan lepaskan setelah meninggalkan
ruangan.
- Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku
- Pasukan teknik perawatan luka secara tepat
- Dorong pasien untuk istirahat
- Berikan terapi antibiotik sesui intruksi
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda-tanda gejala infeksi dan kalau terjadi untuk melaporkan pada perawat
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana
mencegah infeksi
|
8. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan
aktifitas dengan kriteria hasil:
|
NIC:
Activity Theraphy
|
9. Deficit perawatan diri berhubungan dengan
kelelahan.
No
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan terjadi peningkatan self care dengan kriteria hasil
Indikator:
1. makan
2. berpakaian
3. toileting
4. mandi
5. berhias
6. hygiene
7. oral hygiene
8. ambulasi : berjalan
9. ambulasi : kursi
10. penampilan perpindahan
keterangan penilaian NOC:
1. ketergantungan total
2. dibantu orang lain dan alat
3. dibantu orang
4. dengan alat
5. mandiri
|
Self care assistance:
-
pantau kemampuan klien untuk melakukan
perawatan secara mandiri
-
pantau kebutuhan klien untuk penyesuaian
penggunaan alat untuk personal hygiene,toileting dan makan
-
sediakan barabg-barang yang diperlukan
klien seperti deodorant,sabun mandi,sikat gigi dll
-
sediakan bantuan hingga klien dapat
melakukan perawatan pribadi secara penuh
-
bantu klien dalam menerima
ketergantungan terhadap orng lain dalam memenuhi kebutuhannya
-
dorong klien untuk melakukan aktifitas
kehidupan sehari-harinya sesuai dengan tinggkat kemampuan
-
dorong klien untuk mandi,tetapi berikan
klien bantuan ketika tidak dapat melakukan
-
menentukan aktifitas perawatan diri yang
sesuai dengan kondisi secara rutin
-
pertimbangkan umur klien ketika
memperkenalkan aktifitas perawatan diri.
|
10. Gangguan konsep diri berhubungan dengan
alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
Setelah
dilakukan tindakan pkeperawatan selama …..x…. diharapkan pasien tidak malu
dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya dengan kriteria hasi :
1. Pasien dapat menyataka ngambaran diri lebih
nyata
|
1.
Bina
hubungan terapeutik dengan perawat dan pasien
2.
Tingkatkan
konsep diri
3.
Dorong
pasien untuk menghargai diri sendiri, dengan cara lebih sehat dengan membuat
keputusan sendiri dan menerima diri sebagai diri sendiri dengan situasi saat
ini
|
11. Cemas berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit.
No
|
Tujuan dan Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan di harapkan kecemasan pasien teratasi, dengan criteria hasil:
Control cemas :
Koping
12.
Mempunyai
perencanaan pada kondisi keperawatan
|
Penurunan kecemasan:
Peningkatan koping:
|
12. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
No
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan kurang pengetahuan teratasidengan kriteria hasil:
Indicator:
keterangan penilaian NOC:
1.
tidak pernah dilakukan
2.
jarang dilakukan
3.
kadang dilakukan
4.
sering dilakukan
5.
selalu dilakukan
|
Mengajarkan proses penyakit
1.
mengobsevasi kesiapan klien untuk
mendengar (mental,kemampuan untuk meihat,mendengar,nyeri,kesepian
emosional,bahasa dan budaya)
2.
menentukan tingkat pengetahuan klen sebelumnya
3.
menjelaskan proses penyakit
(pengertian,etiologi,tanda,gejala) tranmisi,dan efek jangka panjang pada ibu
dan fetus
4.
diskusikan perubahan gaya hidup yang
bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol proses penyakit
5.
diskusikan pilihan terapi atau perawatan
6.
jelaskan secara rasional tentang
pengelolaan terapi atau perawatan yang diajukan
7.
berikan dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan second opinion
8.
ajukan pada pasien untuk mencegah atau
meminimalkan efek samping dari penyakitnya
a.
ajarkan diet:
- kaji pengetahuan klien tentang diet yang dianjurkan
- tentukan sikap keluarga klien terhadap diet
- jelaskan tujuan diet
- informasikan berapa lama diet harus diikuti
- ajarkan klien tentang makanan yang boleh dan tidak
boleh dilakukan
- bantu klien mencatat makananan kesukaan dalam diet
yang dianjurkan
- observasi pilihan makanan klien sesuai dengan diet
yang dianjurkan
- anjurkan membuat rencana makanan
- dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain
- konsultasi gizi
- libatkan kelurga
b.
ajarkan pengobatan
- jelaskan klien untuk mengenal karakteristik obat
- informasikan nama generic dan nama dagang
- jelaskan tujuan dan kerja obat
- jelaskan dosis rule dan durasi obat
- evaluasi kemapuan klien menggunakan obat
- ajarkan klien menggunakan prosedur sebelum meminum obat
- informasikan apa yang dilakukan jika dosis obat
ilang
- informasikan bila tidak meminum obat
- informasikan efek samping obat
- jelaskan tanda dan gejala over dosis obat
- jelaskan cara menyimpan obat
- jelaskan interaksi obat
- jelaskan cara mencegah atau mengurangi efek samping
obat
- berikan informasi tertulis tentang aksi,tujuan,efek
samping obat dll
|
D.IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai
dengan intervensi
E.EVALUASI
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
anemia trombositopenia
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan.
2. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
Volile
cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Nyeri
akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
Nyeri
berkurang atau hilang.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
cystitis akibat terapi radiasi.
Tidak terjadi gangguan eliminasi urin.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
eritema, pecah-pecah dan kering pada kulit akibat radiasi.
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan imunosupresi
Tidak terjadi infeksi.
8. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Klien Mampu melakuakan aktifitas secara
mandiri.
9. Deficit perawatan diri berhubungan dengan
kelelahan.
Klien dapat melakukan ADL secara mandiri
10. Gangguan konsep diri berhubungan dengan
alopecia akibat memendeknya usia akar rambut.
Tidak terjadi gangguan konsep diri.
11. Cemas berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit.
Tidak terjadi cemas.
12. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan
berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
Klien mampu mengetahui tentang penyakitnya dan
pengobatan yang diberrikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak,
Jansen danZalar. 2001. Maternitidan Gynecologic Care The Nursing and Family.
Edisi 4. USA :Masby Company.
2. Bobak,
IM. 2000. Maternity & Gynecologic Care: The Nursing Family. Edisi 1.
Alih bahasaYayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan: Bandung
3.
Hardy, Kusuma. 2012. Aplikasi AsuhanKeperawatanBerdasarkan NANDA,
NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hadry
4. Mansjoer,
Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapeus
Mary Hamilton,
Persis. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Alih bahasa Niluh Gede Yasmin Asih. Jakarta: EGC
5. Prawirohardjo,
Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: YayasanBinaPustaka
6. Price A. Sylvia. 2005. Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 3. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar